Kamis, 22 November 2018

Tarif Angkot VS BBM

Dari kemaren pengen nulis tapi ga jadi-jadi.

Kata orang nulis itu gampang, awalnya sih iya saya juga mikirnya gitu. Tapi giliran udah didepan komputer, jari-jari tangan kok rasanya susah banget nuangin segala hal yang ada dipikiran. Mungkin karena alasan itu buku-buku best seller jadi mahal harganya. *apa coba hubungannya?* Tapi hari ini saya niatin banget untuk menulis, biar kata orang isinya ga penting, ga bagus, ga mutu, biarin deh.. pokoknya nulis!

Jadi gini, Alhamdulillah beberapa hari yang lalu saya berkesempatan naik angkot karena sepeda motor yang biasa saya gunakan ke kantor sedang rusak. Saat itu, suasana dalam angkot lumayan padat, rame tapi tidak sesak. Sambil nyetir sang supir berbicara pada penumpang yang duduk disampingnya. Saya bisa mendengar pembicaraan mereka karena posisi duduk saya tepat dibelakang supir. Sang supir mengeluhkan tentang langkanya bahan bakar premium di SPBU, sehingga mau tidak mau mereka harus mengisi bahan bakar non subsidi supaya angkot bisa terus beroprasi.

Disini dilema sering terjadi, para supir yang menggantungkan hidupnya dari penghasilan ngangkot, merasa pengeluarannya semakin besar dikarenakan ada selisih nilai pembelian bbm bersubsidi menjadi non subsidi. Sedangkan disisi penumpang, mereka merasa keberatan jika tarif angkutan dinaikkan padahal belum ada peraturan baru dari dishub. Tak jarang terjadi perdebatan antara supir dan penumpang hanya karena mempertahankan argumennya masing-masing. Trus yang salah siapa?

Terkadang kondisi-kondisi yang seperti ini, yang menurut saya perlu ada pembenahan dari pihak terkait. Kondisi yang bikin saya mikir sampai ga bisa tidur. Kelihatan kepo tapi ini beneran ,  pengen kasi solusi tapi ga  punya kuasa,  pengen benahi tapi ga tau gmna caranya. #Sigh.
   

Senin, 05 November 2018

Voucher Seminar Bisnis

Alhamdulillah, makan siang saya hari ini disponsori oleh salah seorang teman kantor yang baru diwisuda S1 Ekonomi. Barakallah.. semoga ilmu yang didapat bisa membawa kebaikan dalam hidup dan agama. InsyaAllah.

Seperti biasa, jika ada teman yang berulang tahun atau berhasil mencapai jenjang pendidikan tertentu, saya dan beberapa teman selalu suport dengan cara mendoakan maupun memberi sedikit bingkisan sebagai penyemangat dan bentuk rasa ikut bersyukur atas kebahagiaan tersebut.

Bicara tentang bingkisan, ada yang beda dari saya juga seorang teman yang lain. Jika selama ini kami selalu memberi bingkisan berupa barang, maka kali ini saya dan teman saya memberi bingkisan berupa voucher. Bedanya voucher yang diberikan teman berupa makan gratis sepuasnya di warung tertentu, sedangkan saya memberikan voucher tiket seminar bisnis.

Mungkin bagi sebagian orang, apa yang saya berikan tidak terlalu menarik dan bahkan mungkin malah dianggap ada iming-iming untuk ikut terjun kedalam bisnis yang sudah lebih dahulu saya jalani. But whatever, menurut saya apapun yang orang pikirkan itu sah-sah saja dan itu mutlak hak mereka. Tapi disini saya ingin sedikit meluruskan bahwa yang saya berikan itu tidak ada ruginya walau mungkin dianggap tidak ada manfaat juga bagi mereka yang (maaf) kurang paham.

Di era milenial seperti sekarang ini, dimana peluang untuk mencari pekerjaan dimasa depan akan sangat besar pesaingnya. Dan pesaing utama itu bukan lagi dari sumber daya manusia, melainkan dari sektor digital. 

Saat ini dibeberapa negara maju seperti jepang dan jerman, sudah diciptakan robot-robot canggih yang dibuat untuk membantu pekerjaan manusia. Contohnya di jerman, sudah ada robot tukang pos yang difungsikan untuk mengantar paket seberat 150kg dan mampu menempuh jarak 6 km  yang dilengkapi dengan sensor  pendeteksi keberadaan kotak pos. selain itu jerman juga berencana akan membuat sebuah mobil berjalan tanpa supir untuk armada pengiriman. Sedangkan dijepang sendiri, saat ini sudah banyak restauran yang mempekerjakan robot sebagai pelayan juga koki nya. 

Intinya ditahun-tahun mendatang, manusia akan menghadapi tantangan teknologi. Banyak orang akan kehilangan pekerjaan karena diganti oleh mesin-mesin digital. Hal ini juga yang menjadi alasan utama seorang Chairman perusahaan e-commerce asal Chinna sekaligus salah seorang terkaya didunia yang bernama Jack Ma menyatakan pensiun dari Alibaba Group dan memutuskan untuk mengabdikan dirinya sebagai pendidik wirausahawan. 

Lalu Apa hubungan semua ini dengan sebuah voucher tiket seminar bisnis?  bagi mereka yang paham benar tentang betapa mahalnya ilmu pasti tau jawabannya.  Tapi bagi yang masih samar-samar, saya akan sampaikan bahwa dalam sebuah tiket seminar bisnis, ada peluang untuk sukses yang sama besarnya, bahkan mungkin lebih besar dari dunia pekerjaan yang membutuhkan pendidikan akademis sebagai syarat awal diterima bekerja.

Selain itu, menurut saya yang namanya ilmu tidak ada yang bakalan sia-sia. Pelajaran yang akan diberikan dalam seminar bisnis itu mungkin saat ini tidak kita butuhkan, tapi suatu saat pasti berguna. Ambil positifnya aja, semakin banyak tau maka akan semakin pintar. Semakin banyak ilmu maka akan semakin mudah untuk berhasil. InsyaAllah.

Kamis, 01 November 2018

Obrolan Pagi

Postingan kali ini didasari oleh percakapan singkat antara saya dan beberapa teman didepan toilet kantor tadi pagi. Ketika akhirnya kita tinggal bertiga, lalu dua lainnya asyik berbahasa daerah yang tidak saya ketahui artinya di depan saya. Dan menurut saya etikanya tidak boleh begitu, kecuali pada saat mereka berbicara saya belum ada disitu.

Etika.

Kalo menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) etika/eti·ka/ /étika/ n adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
sedangkan  menurut beberpa ahli :

  • K. Bertens: Etika adalah nilai-nila dan norma-norma moral, yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur perilaku.
  • Prof. DR. Franz Magnis Suseno: Etika adalah ilmu yang mencari orientasi atau ilmu yang memberikan arah dan pijakan dalam tindakan manusia.
  • Ramali dan Pamuncak: Etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam profesi.

Tapi disini saya bukan ingin membahas tentang arti dari etika tadi, saya cuma ingin orang paham, bahwa ketika saya berkata "etikanya begini" atau "kalau sesuai etika" , itu bukan berarti saya menganggap orang lain tidak tau etika. Saya hanya ingin mengajak orang tersebut untuk memahami  nilai-nilai ataupun norma yang benar dalam berprilaku. Dan bukan berarti karena saya mengajak orang lain untuk melakukan itu,  lantas saya sudah menjadi orang yang paling benar. Bukaaaaannnn... bukan itu juga maksudnya.

Ya intinya, saya mau kita sama-sama belajar untuk hal yang baik, yang benar.  Sama-sama saling menghargai dan memahami. Udah itu aja..   

I love All of my friends